MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
“Pengambilan Keputusan
Berbasis SIM”
Dosen Pembimbing
Aldri
Frinaldi, SH., M. Hum.
19700212 199802 1 001
19700212 199802 1 001
Oleh:
Yossi Lusiana
1101586
PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah yang membahas tentang
Pengambilan Keputusan Berbasis SIM. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Informasi Manajemen. Penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Akan tetapi, terlepas dari itu penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi positif
dalam penyelesaian makalah ini.
Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari pembaca,
demi lebih sempurnanya makalah ini dimasa yang akan datang. Harapan penulis
semoga makalah ini bisa memenuhi tujuannya, dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
Padang, November 2013
Yossi Lusiana
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
SIM merupakan penerapan sistem
informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yg dibutuhkan
oleh semua tingkatan manajemen. Kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi
yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan
informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan
pelaksanaan dan pengendalian.
SIM
mempunyai peranan yang sangat penting di dalam suatu organisasi karena sangat
mempengaruhi terhadap
maju mundurnya sebuah organisasi. Setiap organisasi baik itu organisasi yang
besar maupun yang kecil pasti mempunyai sistem informasi yang berbeda-beda,
tergantung dari kebutuhan dan masalah yang terjadi pada organisasi tersebut.
Informasi
yang tepat, cepat dan akurat akan menjadikan suatu organisasi menjadi
berkembang dengan pesat. Semakin besar suatu organisasi maka semakin kompleks
pengelolaan sistem informasi, karena data yang diolah menjadi semakin banyak
dan bervariasi. Akibat bila kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu
perusahaan atau organisasi akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya
Sistem informasi manajemen publik
adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung
pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen yang berhubungan dengan kebutuhan
pemerintahan maupun masyarakat (perencanaan, penggerakan, pengorganisasian, dan
pengendalian) dalam organisasi publik.
B. Rumusan Masalah
1.
Pengambilan Keputusan
2.
Pengambilan Keputusan berbasis SIM
C.
Tujuan
Permasalahan
Tujuan
dari permasalahan ini adalah mengkaji tentang hal-hal yang berkaitan dengan
Pengambilan Keputusan Berbasis SIM. Agar pembaca dapat lebih banyak memiliki
pengetahuan tentang Pengambilan Keputusan Berbasis kepada SIM.
D.
Manfaat
1. Memenuhi
tugas individu mata kuliah Sistem Informasi Manajemen
2. Menambah
pengetahuan pembaca tentang Pengambilan Keputusan Berbasis kepada SIM.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengambilan
Keputusan
Pengambilan
keputusan adalah sebuah hasil dari pemecahan masalah, jawaban dari suatu
pertanyaan sebagai hukum situasi, dan merupakan pemilihan dari salah satu
alternatif-alternatif yang ada, serta pengakhiran dari proses pemikiran
tentang masalah yang dihadapi, adapun hasil dari pengambilan keputusan adalah
keputusan(decision).
Pengambilan keputusan menurut George R. Terry
didasarkan pada lima (5) hal yaitu :
1. Intuisi
Pengambilan
keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif
sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi
mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan. Kebaikannya antara lain :
a. Waktu yang digunakan untuk
mengambil keputusan relatif lebih pendek
b. Pengambilan keputusan akan memberikan
kepuasan pada umumnya
c. Kemampuan mengambil keputusan
dari pengambil keputusan tersebut sangat berperan.
Kelemahan dari intuisi adalah
:
a. Keputusan yang diambil
relatif kurang baik
b. Sulit mencari alat
pembandingnya sehingga sulit diukur kebenarannya
c. Dasar-dasar lain dalam
pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
2. Pengalaman
Pengambilan
keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis
karena berdasarkan pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu
serta dapat memperhitungkan untung ruginya dan baik buruknya keputusan yang
akan dihasilkan. Karena pengalaman seseorang dapat menduga masalahnya walaupun
hanya dengan melihat sepintas saja sudah menemukan cara penyelesaiannya.
3. Fakta
Pengambilan
keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan
baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan
dapat lebih tinggi sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu.
4. Wewenang
Pengambilan
keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pemimpin terhadap
bawahannya atau orang yang lebih rendah kedudukannya. Kelebihan dari
pengambilan keputusan berdasar wewenang antara lain :
a. Kebanyakan penerimanya adalah
bawahan
b. Keputusannya dapat bertahan
dalam jangka waktu yang cukup lama
c. Memiliki otentisitas
(otentik)
Kelemahannya antara lain :
a. Dapat menimbulkan sifat
rutinitas
b. Mengasosiasikan dengan
praktek diktatotial
c. sering melewati permasalahan
yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat meninmbulkan kekaburan.
5. Rasional
Pada pengambilan
keputusan ini keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih
transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala
tertentu sehingga dapat dikatakan mendekatai kebenaran atau sesuai dengan apa
yang diinginkan.
Dalam proses pengambilan
keputusan , suatu organisasi maupun lembaga pendidikan tidak terlepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut :
1. Keadaan
internal organisasi
, keadaan ini bersangkut paut dengan apa yang ada dalam organisasi tersebut
yang meliputi dana yang tersedia, keadaan sumber daya manusia, kemampuan
karyawan, kelengkapan dan peralatan organisasi dan struktur organisasi.
2. Keadaan
eksternal organisasi, keadaan
ini bersangkut paut dengan apa yang ada diluar organisasi, seperti keadaan
ekonomi, sosial politik, hukum dan budaya.
3. Tersedianya
informasi yang diperlukan, informasi
yang diperlukan haruslah lengkap dan memiliki sifat-sifat tertentu sehingga
keputusan yang dihasilkan dapat berkualitas dan baik.
4. Kepribadian
dan kecakapan pengambil keputusan, hal ini meliputi : kebutuhan, intelegensi, keterampilan dan
kapasitas penilaian.
Dalam
manajemen, pengambilan keputusan memegang peranan yang sangat penting karena
keputusan yang diambil oleh manajer merupakan hasil pemikiran akhir yang harus
dilaksanakan oleh bawahannya atau mereka yang bersangkutan dengan organisasi
yang dipimpinnya. Model yang bermanfaat terkenal sebagai kerangka dasar proses
pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Herbert A. Simon (Sutabri,2005:130)
akan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan. Model
ini terdiri atas tiga tahap:
1. Pemahaman
Menyelidiki
lingkungan kondisi yang memerlukan keputusan. Data mentah yang diperoleh diolah
dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk yang dapat menentukan masalahnya.
2. Perancangan
Menemukan,
mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin dapat digunakan. Hal
ini mengandung proses untuk memahami masalah untuk menghasilkan cara pemecahan
dan menguji apakah cara pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
3. Pemilihan
Memilih
arah tidakan tertentu dari semua arah tindakan yang ada. Pilihan ditentukan dan
dilaksanakan.
Dengan
demikian, proses pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai arus dari
pemahaman sampai perancangan dan pemilihan, tetapi pada setiap tahap hasilnya
mungkin dikembalikan lagi ke tahap sebelumnya untuk dimulai lagi.
B. Pengambilan Keputusan Berbasis SIM
Model
Simon sebelumnya memiliki hubungan dengan SIM. Hubungan ini dikaitkan kepada
ketiga tahap tersebut, yaitu:
1. Pembahasan
Proses
penyelidikan mengandung pemeriksaan data baik dengan cara yang telah ditentukan
maupun cara khusus. SIM harus memberikan kedua cara tersebut. Sistem informasi
harus meneliti semua data dan mengajukan permintaan untuk diuji mengenai
situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM maupun organisasi harus
menyediakan saluran komunikasi untuk masalah yang diketahui dengan jelas agar
disampaikan kepada organisasi tingkat atas sehingga masalah tersebut dapat
ditangani.
2. Perancangan
SIM
harus mengandung model keputusan untuk mengolah data dan memprakarsai pemecahan
alternatif. Model harus membantu menganalisis alternatif.
3. Pemilihan
SIM
menjadi paling efektif apabila hasil perancangan disajikan dalam suatu bentuk
yang mendorong pengambilan keputusan. Apabila telah dilakukan pemilihan,
peranan SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk umpan balik dan penilaian
kemudian.
Sebuah
sistem pengambilan keputusan, yaitu model dari sistem dengan mana keputusan
diambil, dapat tertutup atau terbuka. Sebuah sistem keputusan tertutup
menganggap bahwa keputusan dipisah dari masukkan yang tidak diketahui dari
lingkungan. Dalam sistem ini pengambil keputusan dianggap: (Sutabri,2005:131-132)
1. Mengetahui
semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya masing-masing.
2. Memiliki
metode (aturan, hubungan, dan sebagainya) yang memungkinkan dia membuat urutan
kepentingan semua alternatif.
3. Memilih
alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya laba, volume penjualan, atau
kegunaan.
Konsep
sebuah sistem keputusan tertutup jelas menganggap orang rasional yang secara
logis menguji semua alternatif, mengurutkan berdasarkan kepentingan hasilnya,
dan memilih alternatif yang membawa kepada hasil yang terbaik/maksimal. Model
kuantitatif pengambilan keputusan biasanya adalah model sistem keputusan
tertutup. Sebuah sistem keputusan terbuka memandang keputusan sebagai berada
dalam suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak diketahui. Keputusan
dipengaruhi oleh lingkungan dan pada gilirannya proses keputusan kemudian
mempengaruhi lingkungan. Pengambilan keputusan dianggap tidak harus logis dan
sepenuhnya rasional, tetapi lebih banyak memperlihatkan rasionalitas hanya
dalam batas yang dikemukakan oleh latar belakang, pandangan atas alternatif,
kemampuan menangani suatu model keputusan, dan sebagainya.
Di
dalam organisasi-organisasi publik, banyak keputusan yang tidak berulang yang
harus dibuat oleh para manajer atau pembuat keputusan. Oleh sebab itu, Sistem
Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision
Support System/DSS) sangat penting peranannya dalam membantu proses
pengambilan keputusan dalam organisasi publik. Menurut Parker (Wahyudi dan
Subando,1994:263-264), DSS adalah suatu sistem yang menyediakan sarana yang
memungkinkan para manajer untuk mengembangkan informasi sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan keputusan yang akan dibuat.
DSS
menunjang kemampuan komputasi dan komunikasi kepada manajer untuk mengembangkan
model-model keputusannya sendiri melalui database informasi yang dibuat. Oleh
sebab itu di dalam praktik DSS biasanya terkonsentrasi pada upaya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manajer yang senantiasa berubah sehingga yang
dibutuhkan adalah sistem yang fleksibel dengan perkakas tampilan informasi yang
lebih interaktif dan lebih mudah digunakan oleh pemakai.
Sedangkan
menurut Gorry dan Scott-Morton (Raymond dan George,2009:331-332), ide dasar
dari sistem pendukung pengambilan keputusan (DSS) adalah agar manajer dan
komputer dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah tersebut. Jenis masalah
yang dapat diselesaikan masalah yang semiterstruktur. Komputer dapat
menyelesaikan bagian yang terstruktur dan manajer dapat menyelesaikan bagian
yang tidak terstruktur.
Sebuah
proses yang menggunakan DSS memiliki beberapa komponen, antara lain:
(Sutabri,2001:200)
1. Dialog
Alat
untuk berinteraksi antara komputer dengan pemakaiannya. Pemakai harus bisa
mengerti apa arti informasi yang dihasilkan. Ini berarti, sistem (komputer
beserta programnya) mudah dipakai. Ditinjau dari sudut pemakainnya, sang
pemakai harus pula belajar dan berlatih cara penggunaannya serta arti informasi
yang dihasilkan.
2. Model
Model
serta sistem yang membolehkan pemakai memilih model yang cocok. Tiga macam
model yang biasa digunakan adalah:
a. Optimalisasi:
mencari yang terbaik. Contohnya membuat jadwal, membuat perbandingan, dan
sebagainya.
b. Statistik/matematis:
menggambarkan masalah dengan standar kuantifikasi yang ada. Contohnya fungsi
kemungkinan, proyeksi penjualan dan sebagainya.
c. Financial,
mencari kesempatan yang baru yang lebih menguntungkan. Contohnya investasi
manajemen resiko, dan sebagainya.
3. Database
Pengaturan
keluar-masuk data. Sistem harus dapat menerima, mengatur, dan mengeluarkan data
yang diperlukan oleh model di atas. Data yang diterima dapat berasal dari dalam
maupun di luar organisasi.
4. Data
Data
itu sendiri yang akan diproses untuk menghasilkan keputusan.
Jenis DSS yang memberikan dukungan
yang sedikit lebih tinggi memungkinkan baginya menganalisis seluruh isi file mengenai
tingkat penyerapan anggaran pada unit-unit lain yang terkait. Contohnya adalah
laporan gaji bulanan pegawai yang disiapkan dari file gaji. Dukungan yang lebih
lagi diberikan oleh sistem yang menyiapkan laporan total penyerapan anggaran
biaya pegawai dan tunjangan-tunjangan yang diterimanya yang diolah dari berbagai
file sistem penggajian. DSS juga memungkinkan para manajer untuk melihat
dampak-dampak Tingkat Dukungan Pemecahan Masalah Sistem Informasi Manajemen
yang mungkin timbul dari berbagai keputusan yang diambil yang disebut model
yang dapat memperkirakan dampak sebuah keputusan. Sebagai contoh: Para calon
Bupati/Walikota suatu daerah dalam rangka suatu Pilkada menjanjikan akan
menggratiskan biaya pendidikan sampai tingkat tertentu atau menggratiskan biaya
pengobatan ditingkat Puskemas, maka dampak keputusan tersebut diperkirakan
jumlah pemilih akan meningkat secara signifikan, atau justru para pemilih sama
sekali tidak mempercayainya karena hanya dianggap sebagai janji kosong belaka.
Model tersebut tidak dapat
menentukan apakah janji kampanye tersebut merupakan suatu keputusan terbaik,
mereka hanya dapat menentukan apa yang mungkin terjadi jika keputusan itu
dibuat. DSS dimaksudkan
untuk melengkapi sistem informasi manajemen dalam meningkatkan pengambilan
keputusan. Sistem informasi manajemen terutama menyajikan informasi mengenai
kinerja aktivitas untuk membantu manajemen memonitor dan mengendalikan
kegiatan. Sistem informasi manajemen ini umumnya menghasilkan pelaporan yang
terjadwal secara reguler dan tetap, berdasarkan data yang diperoleh dan
diikhtisarkan dari sistem pemrosesan kegiatan atau transaksi yang dilaksanakan.
Format atau bentuk dari pelaporan-pelaporan ini umumnya sudah ditentukan
sebelumnya (baku)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep SIM muncul setelah ditemukannya
kebutuhan untuk menyediakan informasi kepada para manajer. Seorang manajer yang
baik akan dapat membuat keputusan yang tepat bagi organisasinya khususnya
maupun bagi lingkup layanan pada umumnya. Untuk itu diperlukan sistem pendukung
pengembilan keputusan dalam pengambilan keputusan yang sesuai.
DSS adalah suatu sistem yang
menyediakan sarana yang memungkinkan para manajer untuk mengembangkan informasi
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keputusan yang akan dibuat. DSS banyak
diterapkan di organisasi-organisasi yang sudah mapan. Banyak cara yang
digunakan untuk menerapkan DSS untuk membantu mempertajam proses pengambilan
keputusan.
DAFTAR
PUSTAKA
Kumorotomo,
Wahyudi dan Subando Agus Margono.2001.Sistem
Informasi Manajemen dalam Organisasi-Organisasi Publik.Yogyakarta:Gadjah
Mada University Press.
McLead,
Raymond dan George P. Schell.2001.Sistem
Informasi Manajemen. Jakarta:Salemba Empat
Sutabri,
Tata.2005.Sistem Informasi Manajemen.Yogyakarta:ANDI
http://nurjatiwidodo.lecture.ub.ac.id/files/2012/10/Kel-3-Sistem-informasi-Organisasi-dan-Proses-Administrasi-Publik.pdf
diakses pada tanggal 17 November 2013
http://harya.staff.gunadarma.ac.id/.../konsep+pengambilan+
(pdf)/ diakses pada tanggal 17 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar